Ibu

16 Jun

Time flies. Tidak terasa nanti malam kami akan melaksanakan tahlilan dalam rangka memperingati 40 hari wafatnya Ibunda tercinta. Insya Allah akan dilaksanakan setelah Shalat Isya, malam nanti. Hari ini, baru saja updating foto2 keluarga di picasa dari 2008 – terkini. Tak tahan juga air mata ini dan akhirnya keluar ketika melihat foto2 Ibu semasa perawatan pertama.

Ingin sedikit berbagi mengenai perjalanan Ibu dan infeksi pada katup jantung beliau. Sebelumnya, sekitaran Desember akhir 2010 kami memang sempat 2 kali ke poliklinik dan hasil pemeriksaan dokter yang menangani menyebutkan bahwa ada kebocoran jantung, tapi belum ada tindakan untuk dirawat Ibu. Kami berfikir masih bisa tertangani, karena reaksi dokter tersebut juga mengakatan “Biasa lah umur2 segini jantungnya bocor dan Ibu ada riwayat darah tinggi”. Sekitar 2-3 minggu setelah ke poliklinik tepatnya sehari setelah saya sidang thesis, tepatnya Kamis 13 Januari 2011 sekitar pukul 10 malam Ibunda tercinta masuk UGD karena amfal dan tidak sadar dan kemudian ditangani ternyata kekurangan darah dan sempet ditransfusi esok harinya  sekitar 3 kantong darah. Setelah menunggu di UGD hampir satu hari kemudian Jum’at malam Ibu mendapatkan kamar kemudian kami pindah ke Gedung Perawatan 2 lantai 4.

Setelah dilakukan pemeriksaan ternyata ada infeksi pada katup jantung Ibu, itulah yang mengakibatkan ritme nafas Ibu pendek dan tersengal-sengal. Hasil infeksi beliau adalah infective endocarditis, penjelasan dokter yang menangani ini jenis infeksi yang berat pada katup jantung. Berdasarkan penjelasan dan beberapa referensi di internet, yang bermasalah adalah katup jantung dimana ini adalah fungsi mekanik dimana treatment melalui obat-obat2an akan sulit mengingat fungsi mekanis yang rusak. Ibarat pintu rumah, jika pintu yang bermasalah tidak bisa membuka dan menutup maka harus diperbaiki pintunya. Jika masih bisa diperbaiki pintu direparasi, sebaliknya jika kondisinya lain harus diganti. Begitu juga dengan infeksi pada katup jantung Ibu. Setelah melalui beberapa tahapan dan perjuangan akhirnya pada Hari Senin, 21 Februari 2011 Ibu di laksanakan operasi pada siang hari jam 1 sampai sekitaran jam 5 dan Alhamdulillah terlaksana dengan lancar. Setelah operasi ditempatkan di ICU sekitaran 3 hari, setelah hari kedua pasca op masih diruang ICU kami sudah bisa melihat nafas ibu sudah kembali normal, tidak pendek2 dan ventilator mulai dicopot. Kemudian pindah ke ruang intermediate sekitaran 3 hari’an kemudian pindah ke ruang perawatan pasca operasi. Diruang pasca operasi Ibu diberi treatment fisioterapi seperti belajar jalan dan treadmill lalu diperbolehkan pulang ke rumah pada hari Jum’at tanggal 11 Maret 2011.

Setelah dirumah, minggu-minggu pertama kami senang melihat nafas Ibu yang memang sudah normal dan sudah bisa bercanda, belajar jalan dengan walker, ketemu tetangga diluar walaupun masih menggunakan kursi roda. Sebelum berangkat kerja biasanya saya dan adik ngajar Ibu keluar sambil menghirup udara pagi :). Namun ketika masuk minggu ketiga Ibu mulai batuk-batuk dan mual, gejalanya seperti yang sebelum dioperasi kemudian mulai sesak lagi. Saya mulai memperhatikan nafas Ibu. Ya betul, nafasnya mulai pendek lagi. Kami pun membelikan oxigen di daerah Pasar Pramuka dengan harapan sesaknya teratasi. Memang benar teratasi, namun hal ini berlanjut sampai akhirnya saat kontrolpun Ayah mengikat tabung oxigen Ibu dibelakang kursi rodanya. Saat kontrol dengan Dokter Jantung tidak diinstruksikan apa2 dan sarankan ke Dokter Bedah lalu dapat instruksi melakukan ECHO karena kondisi Ibu yang mulai tersengal nafasnya lantas selepas pemeriksaan echo dokter yang melakukan pemeriksaan menyarankan untuk dirawat. Karena posisi kantup jantung Ibu tidak bagus dan akhirnya Selasa 5 April 2011 Ibu di rawat dan kemudian masuk ke ruang intermediate. Sehari kemudian hasil echo resmi keluar dan diagnosisnya adalah reactivate infective endocarditis, yang mana kuman ganas yang kemarin tersebut ter-reaktifasi kembali. Lantas dapat usulan untuk dioperasi kembali (sito) pada weekend tepatnya dilaksanakan pada hari Minggu 10 April 2011 jam 8 pagi. Sebelum jam 8 pagi, Ibu ditransfer ke ruang operasi dan kali ini memakan waktu yang agak panjang sampai 4 sore dan Alhamdulillah berjalan dengan lancar dan hasil kultur darah sudah diketahui dan nama kumannya adalah MRSE. Berat memang perjuangan Ibu melawan kuman ini dan sampai akhirnya pada tanggal 7 May 2011 Ibunda tercinta berpulang kepangkuan sang Khalik.

Ibu merupakan kata tersejuk yang dilantunkan oleh bibir – bibir manusia.
Dan “Ibuku” merupakan sebutan terindah.
Kata yang semerbak cinta dan impian, manis dan syahdu yang memancar dari kedalaman jiwa.

Ibu adalah segalanya. Ibu adalah penegas kita dilaka lara, impian kta dalam rengsa, rujukan kita di kala nista.
Ibu adalah mata air cinta, kemuliaan, kebahagiaan dan toleransi. Siapa pun yang kehilangan ibinya, ia akan kehilangan sehelai jiwa suci yang senantiasa
merestui dan memberkatinya.

Alam semesta selalu berbincang dalam bahasa ibu. Matahari sebagai ibu bumi yang menyusuinya melalui panasnya.
Matahari tak akan pernah meninggalkan bumi sampai malam merebahkannya dalam lentera ombak, syahdu tembang beburungan dan sesungaian.

Bumi adalah ibu pepohonan dan bebungaan. Bumi menumbuhkan, menjaga dan membesarkannya. Pepohonan
dan bebungaan adalah ibu yang tulus memelihara bebuahan dan bebijian.

Ibu adalah jiwa keabadian bagi semua wujud.
Penuh cinta dan kedamaian.

:+: Khalil Gibran :+:

2 Responses to “Ibu”

  1. Dokter Anak October 27, 2011 at 7:28 am #

    salam persahabatan….

  2. Iwan January 31, 2012 at 10:18 am #

    Bapaknya mana ?
    Salam kenal.

Leave a comment